Selasa, 21 Mei 2013

MENCARI KEARIFAN LOKAL(ABSTRAK)



MENGGALI UNSUR KEARIFAN   LOKAL DALAM CAKEPAN SINDHENAN
                                GUNA MEMBINA KEHIDUPAN BERNEGARA
                                                    Oleh: ruma’in,S.pd (dwija sdn Jimbaran02)
                                               
Abstrak
Unsur kearifan kehidupan bernegara dapat digali dari berbagai bentuk budaya lokal, diantaranya pada seni karawitan, terutama dari cakepan sindhenan gending , dan dapat digunakan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang sikap sebagai warganegara.
Cakepan adalah bentuk sastra yang digunakan dalam sindhenan, berupa teks kata kata yang dilagukan oleh sindhen atau swarawati pada suatu pentas karawitan. Isi cakepan tersebut biasanya bertemakan tentang kehidupan manusia, bersifat  nasehat, pendidikan pekerti, kehidupan rumah tangga, petunjuk hidup, dan sebagainya. (Martapangrawit,1967, Darsono, 2009).Meskipun jumlahnya tidak banyak dan belum diperhatikan secara khusus, ternyata beberapa cakepan sindhenan juga mengandung nasehat tentang hidup bernegara dengan tema-tema tentang kepahlawanan dan bela negara, anjuran untuk berlaku sebagai warga negara yang baik, mengikuti aturan hukum, atau  tema pemujaan terhadap pemimpin negara yang dapat diteladani dan pemujaan tanah air. Kurangnya perhatian tersebut mungkin karena bahasa yang digunakan dalam sindhenan bukan bahasa “wantah” tetapi berupa wangsalan , parikan, tembang dengan arti arti yang tersembunyi, ditulis dalam bahasa Jawa periode tengahan sehingga perlu penafsiran terlebih dulu sebelum dapat difahami, dan dilakukan oleh sindhen yang pada dasarnya hanya paraga penunjang dalam suatu pertunjukan, suatu posisi yang kurang penting dibanding dalang atau pimpinan karawitan. Meskipun demikian situasinya, sindhenan dapat digarap untuk konteks baru kehidupan bernegara karena apa yang dinyanyikan oleh sindhen, seperti juga cerita yang diucapkan dalang, merupakan sastra lisan yang dapat diingat oleh masyarakat , bahkan  diantara  mereka yang buta aksara dan sastra, tanpa memahami isinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar