Selasa, 23 Desember 2014



Sekilas Peperangan Panembahan Senopati VS Adipati Joyokusumo dalam Babad Pati
Disarikan kembali oleh : SDN Jimbaran 02 

 Penulis sedikit tertegun setelah kembali membaca kisah2 wayang yang menurut penulis memiliki pesan2 yang disampaikan melalui seni pertunjukkan wayang ringgit/ kulit. tak sengaja penulis melihat ada sebuah kisah menarik yakni babad pati, yah dahulu mungkin menjadi dongeng pengantar tidur penulis dikala masih balita.. hehehee… kembali penulis browsing2 mengenai babad/ sejarah yang mungkin masih remang2, antara panembahan senopati melawan ki ageng mangir… dan hubunganya dengan babad pati. dimulai dari sultan hadiwijoyo yang memberikan hadiah kepada ki pemanahan dan ki penjawi sementara ki pemanahan memilih mataram yang masih berupa hutan dan semak blukar, dan ki penjawi memilih di pati. tampaknya sultan mulai takut dengan wejangan sunan giri yang mungkin menjadi kenyataan kemudian meminta sunan kalijaga untuk memberikan masukan (wejangan/ saran) dan akhirnya sultan hadiwijaya pun memberikan mataram kepada ki pemanahan. Serat babad pati menceritakan tenttang babad pati yang terjadi tahun 1300an atau abad ke 13.
Di samping Serat Babad Pati, sumber lain yang mendukung tema tersebut adalah tulisan HJ. de Graaf dalam bukunya:
 De Regering van Panembahan Senapati Ingalaga
(Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senopati). Tulisan de Graaf tentang masa awal Mataram ini menggunakan sumber Babad Tanah Jawi yang dikomparasikan dengan sumber-sumber dari luar khususnya sumber dari Belanda. tampaknya kajian de Graaf tentang masa awal mataram mampu mematahkan pendapat CC Berg yang menyatakan ” panembahan senopati sekedar tokoh mitos yang tidak pernah ada dalam sejarah”. Akan tetapi hubungan antara panembahan senopati dengan adipati jayakusumo sangatlah erat karena keduanya merupakan saudara dan dapat dirunut dari ki gede pemanahan, kyai juru martani dan ki penjawi. dalam babad tersebut menceritakan panembahan senopati menjadikan adipati joyokusumo menjadi salah seorang senopatinya dalam menghadapi pergolakan dan di ilustrasikan dalam kinanthi pupuh XXII:
“Sang dipati wau tinimbalan mring Mentawis, kinen nanggulankaraman, Gunung Pandan den njageni, anganti praptaning kraman,nggenya baris wadya aji . . . , sang dipati wau, hantuk boyongan pawestri, putri kalih ayu endah, wus katur sri narapati, kang rayi norasinungan, marma sakit ing penggalih”
(sang Adipati tadi dipanggil ke Mataram, disuruh mengatasi pemberontakan, yaitu berjaga di Gunung Pandhan, tempatnya barisanraja menunggu, para pemberontak . . ., Sang Adipati mendapatboyongan dua dua orang putri cantik. Putri tersebut sudah diberikannya kepada raja, namun dia tidak diberi oleh karena itu sakithatinya).Kutipan di atas menjelaskan bahwa Jayakusuma membantu Panembahan Senopati dalam menumpas pembelotan yang dilakukan oleh bupati-bupati Jawa Timur yang dikomandani oleh Madiun. Dijelaskan juga bahwa Jayakusuma berhasil membawa harta rampasan berupa dua orangputeri yang disebutnya sebagai puteri boyongan dari Gunung Pandan.Kemungkinan besar puteri-puteri tersebut dikawini oleh PanembahanSenopati. Hal ini didasarkan pada silsilah raja-raja Surakarta dan Yogyakarta yang menyatakan bahwa Panembahan Senopati mempunyai dua orang
garwa
(isteri) yang pertama putri dari Pati sedangkan yang kedua adalah putri dari Madiun.
pernikahan panembahan senopati diadakan ketika setelah terjadi pertumpahan darah sehingga membuat adipati jayakusumo tidak sehati dan meninggalkan mataram malam hari tanpa pamit kepada panembahan senopati. dan panembahan senopatipun mendapatkan laporan dari salah satu abdinya di esok harinya. hal tersebut membuat salah faham dan geram panembahan senopati dan membuatnya mendatangi adipati jayakusumo di pati. nah diterangkan dalam:
Babad Pati menceritakan bahwa mengetahui Panembahan Senopatitelah dating, maka Adipati Jayakusuma segera bersiap untuk menyambutnya.Adipati Jayakusuma melarang para prajuritnya untuk ikut menyambutkedatangan pasukan Mataram. Adipati Jayakusuma hanya didampingi olehkakaknya (Pangeran Arya) dan enam orang tamtama. Keenam tamtama
 32tersebut adalah: (1) Patih Sumerja, (2) Sutawanengpati, (3) Sutawanenggita,(4) Sambaprada, (5) Sambanipis, (6) Rujakbeling.
40
 Adipati Jayakusuma menyeberangi sungai Juwana dan menantang Panembahan Senopati untuk melakukan perang tanding dan tidak melibatkanprajurit masing-masing. Dalam hal ini Babad Pati mengungkapkan dengantembang Sinom pupuh XXVI sebagai berikut:
… “Duh kangmas nata ing Metawis, sami sugeng rawuhnya paduka
nata, rawuh Pati arsa yuda, arinta sumanggeng karsi, nanging panuwun kawula, sampun ngaben kang prajurit, tyang alit boten uningdosanya ngawula ratu, suwawi glis miyose, kawula tur pangabekti,
rayi tuwan ing Pati mangsa mundura.”
41
( … duh kanda raja Mataram
, selamat datang. Paduka raja datang diPati ini akan berperang, adindamu mempersilakan kehendak paduka.Akan tetapi permintaan hamba jangan mengadu para prajurit, sebaborang kecil tidak mengetahui dosa raja. Marilah keluar segera, hambaakan menghaturkan bakti, dan masakan adik paduka di Pati ini akan
mundur)”
 Mendengar tantangan ini Panembahan Senopati menjadi sangat marah dan keluar dari barisan untuk menghadapi Adipati Jayakusuma. Diceritakanoleh Babad Pati, Panembahan Senopati menusuk dada Adipati Jayaksuma dengan tombaknya, sampai tiga kali tusukan tetap tidak mempan. GantianAdipati Jayakusuma menusukkan tombaknya ke dada Panembahan Senopati,namun sampai tiga kali juga tidak mempan. Mereka perang tanding selama tiga hari dengan berbagai macam senjata, tombak, pedang, dan keris, akan tetapi dua orang kakak beradik ini sama-sama saktinya. Babad Pati menceritakan bahwa perang tanding tersebut terjadi pada hari Kamis Pon.
42
 Setelah tiga hari berperang tanding, maka mereka kemudian memutuskan untuk berhenti dan mandi di sumur yang ada di dekat mereka. Ketika sedang mandi, Adipati Jayakusuma mendapat firasat bahwa dalam perang tanding nanti dirinya akan kalah. Firasat tersebut berupa sinar (
tejo
)yang memancar terus di dalam sumur saat Panembahan Senopati mandi, tetapisinar itu patah setelah dirinya masuk ke pemandian. Mendapat firasat tersebut,Adipati Jayakusuma memerintahkan kepada Sutawanengpati untuk membunuhseluruh isteri dan anaknya.
tetapi akhirnya adipati joyo kusumo mati ditangan panembahan senopati setelah melanjutkan peperanganya. akan tetapi panembahan senopati akhirnya menyesal akan tindakanya. penyesalan tersebut membuatnya trenyuh karena telah membunuh saudaranya sendiri kemudian ditemui istri dan anak joyokusumo ternyata sudah meninggal. bertambah sedih pula hati panembahan senopati, dan berkata duh adinda begitu besarnyakah cintamu kepada suamimu sehingga kalian mengikuti kemana suamimu pergi. laporan diterima panembahan bahwasanya yang membunuh istri dan anak jayakusumo adalah orang utusan jayakusumo. tampaknya joyokusumo telah mengetahui akan kematianya sendiri dan tidak mau semua anak dan istrinya diboyong ke mataram.dan juga dari masalah yang sepele, dan
nb: hmm…. apa hubunganya sama juwana penulis sendiripun pernah mendengar bahwasanya dahulunya disana ada sebuah kerajaan , dari beberapa sumber dan cerita turun temurun, dan berhubungan dengan 3 pembatas kota pati. yakni gumeces, pentol godi, sama yang satunya mana ya penulis lupa… hehehe….. dan berhubungan dengan peperangan antara babad pati dan mataram, yah perang sodara… berdirinyapun bersamaan, hm…ato ada beberapa versi yang berbeda2, seperti cerita wayang, cerita bale sigala2 mempunyai 3 versi,
sumber: harianti dalam  perang tanding adipati jayakusuma melawan panembahan senopati dalam babad pati











Tidak ada komentar:

Posting Komentar